Breaking News

Tentang Pernikahan Orang Tionghoa dengan Orang Indonesia

62
×

Tentang Pernikahan Orang Tionghoa dengan Orang Indonesia

Share this article
Tentang Pernikahan Orang Tionghoa dengan Orang Indonesia


loading…

CERITA pernikahan antara orang Tionghoa dengan orang Indonesia adalah salah satu tema yang banyak dipakai oleh para penulis fiksi yang membahas persoalan orang Tionghoa di Indonesia. Setidaknya tema ini sudah muncul sebelum Indonesia merdeka. Di jaman penjajahan Jepang, ada novel pendek berjudul ”Palawidja” karya Karim Halim yang membahas hubungan asmara antara pemuda pribumi dengan perempuan Tionghoa di Rengasdengklok.baca juga: Memupus Bias Tionghoa

Tema pernikahan antaretnis ini semakin marak muncul di masa Orde Baru. Tema ini selaras dengan kebijakan Orde Baru untuk mengasimilasikan orang Tionghoa ke suku-suku lain yang ada di Indonesia. Tema pernikahan etnis Tionghoa dengan suku-suku lain di Indonesia masih terus dipakai oleh para penulis sampai saat ini. Buku ”Nonik Jamu” adalah salah satunya. Karya fiksi berbentuk novel karya Rina Suryakusuma adalah novel terbaru yang menyuguhkan tema pernikahan antara etnis Tionghoa dengan suku lain.

Berbeda dengan kebanyakan karya fiksi bertema sejenis yang menulis dari sisi halangan sebelum mereka menjadi pasangan, Rina Suryakusuma menyajikan persoalan pasangan asimilasi setelah mereka menikah dan membangun keluarga. Ternyata persoalan pernikahan suku Tionghoa dengan suku lain tidak hanya saat sebelum mereka menikah, tetapi juga terjadi setelah mereka menjadi pasangan hidup.

Padahal dalam novel ini, keduanya tak terlalu ada halangan agama dan budaya. Keluarga Kinanti adalah keluarga Jawa Kristen. Sama dengan Pandu Buana Widyanata (Ng Tiong Bik). Kinanti dan Pandu adalah sama-sama orang terpelajar karena keduanya sedang kuliah. Keluarga Kinanti adalah keluarga yang terbuka untuk perjodohan antaretnis. Kalau pun ada yang berbeda, lebih pada status ekonomi kedua keluarga ini.

Rina mengawali novelnya dengan memberi gambaran keluarga Kinanti di kota kecil, Wonosobo. Kinanti adalah anak kedua dari pasangan Jawa Kristen yang mengelola toko kelontong kecil. Latar belakang ini memberikan gambaran kepada pembaca bahwa keluarga Kinanti bukanlah keluarga priyayi karena pekerjaan orangtuanya adalah pedagang.

baca juga: Tionghoa dalam Pendidikan Sejarah di Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *